Pengkajian Sistem Integrasi Sapi Potong dalam Usahatani Kelapa Sawit di Lahan Kering Sumatera Selatan
Lembaga | Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumsel |
Peneliti | Ir.Y. Suci Pramudya |
Email | |
No. Telp / HP | |
Tahun Riset | 2007 |
Bidang Penelitian | Pangan - Perkebunan |
Kegiatan Riset | Pengkajian Sistem Integrasi Sapi Potong dalam Usahatani Kelapa Sawit di Lahan Kering Sumatera Selatan |
Kota/Kabupaten | |
Sumber | DIPA |
SDM Riset | Jumlah = 3, S3 = 0, S2 = 0, S1 = 3, S0/D3 = 0, SLTA = 0 |
SDM Administrasi | Jumlah = 1, S3 = 0, S2 = 0, S1 = 0, S0/D3 = 0, SLTA = 1, SLTP = 0 |
Infrastruktur Riset | |
Infrastruktur Pendukung | |
Mitra Industri | |
Mitra Lembaga Pemerintah | |
Mitra Perguruan Tinggi | |
Mitra Masyarakat (LSM, Perorangan) | Kelompok Tani Setempat |
Output | - Model - Konsep - Kajian teknologi
|
Outcome | Kelompok tani yang mandiri dalam mengelola usaha kelompoknya ; Model sistem budidaya sapi dengan perkebunan kelapa sawit dan sayuran yang optimal dan spesifik lokal ; tersebar luasnya hasil pengkajian dan diperoehnya umpan balik kegiatan melalui temu lapangan |
---|
Abstrak
Sumsel berpotensi besar untuk pengembangan ternak sapi. dukungan sumberdaya alam, letak geografis dan jaminan pasar yang kondusif sepanjang tahun. Kebijakan pemerintah daerah Sumsel dalam pengembangan ternak sapi ciarahkan ke lahan keying, sistem usahatani yang berkembang antara lain perkebunan kelapa sawit (499.000 ha). Permasalahan pada kelapa sawit rakyat : mahalnya pupuk, berakibat petani ticak menerapkan teknologi anjuran, pada usaha ternak sapi sistem pemeliharaannya belum sesuai teknologi anjuran terutama pakan. Perkembangan populasi ternak sapi di Sumsel 2,91 %, dengan populasi 415.743 ekor. Kebutuhan sapi di Sumsel dan sekitarnya 90145 ekor, sehingga jumlah permintaan lebih tinggi dari jumlah pertumbahan sapi. Kondisi ini apabila tidak diantisipasi akan terjadi pengurasan ternak yang ada. Sementara potensi kebun kelapa sawit sebagai sumber pakan sapi (rumput alam, dawn dan pelapah sawit), dan limbah pabrik (lumpur sawit) sebagai sumber pakan suplemen ternak sapi belum dimanfaatkan. Potensi lahan perkebunan kelapa sawit apabila diintegrasikan dengan ternak sapi maka produktivitas masing-masing komoditas dapat ditingkatkan. dimana limbah sawit sebagai sumber pakan ternak dan limbah kotoran ternak sebagai pupuk kompos balk untuk tanaman kelapa sawit/sayuran . Mengacu pada permasalahan tersebut BPTP Sum-Sel mulai TA 2005 s.d 2007, melakukan kegiatan "Pengkajian Integrasi Sapi Potong Dalam usahatani Kelapa Sawit Di Lahan Kering Sumsel" dengan tujuan akhir acanya model integrasi usahatani sapi potong–kelapa sawit spesifik lokasi. Lokasi kegiatan di Perkebunan Kelapa Sawit PTPN VII, Desa Teluk Kijing III, Kecamatan Lais, Kabupaten MUBA, skala 100 ekor sapi, 2 kelompok tani. Ruang lingkup kegiatan: (a). koordinasi dengan dinas/instansi terkait, (c). identifikasi daya dukung pakan di perkebunan kelapa sawit, (d). penerapan teknologi budidaya sapi dengan pakan limbah sawit (d). penerapan teknologi kompos limbah kotoran sapi (e). penerapkan pemanfaatan tenaga kerja sapi di areal kebun kelapa sawit serta, (f). penerapan teknologi budidaya sayuran dengan pupuk kompos can (g) pembinaan kelompok tani. Hasil kegiatan : (a), penerapan teknologi pakan sesuai anjuran namun untuk pemanfaatan pelepah dan daun sawit secara teknis diterima petani tetapi belum diaplikasikan karena sumber pakan lain masih mencukupi, (b). kelembagaan kelompok tani sudah sesuai fungsinya yaitu sebagai wahana kerjasama., (c). data daya dukung pakan : produksi daun sawit 41,3, kg/ha/hari menampung 1,7 ekor sapi, pelepah sawit 19,1 kg/ha/hari menampung 0,8 ekor sapi, produksi rumput alam 8,3 kg/ha/hari menampung 0,33 ekor, apabila digabungkan dapat menampung 0,94 ekor sapi/ha kebun sawit. (d). penggunaan tenaga kerja sapi untuk membantu mengangkut TBS dapat meningkatkan hasil panen 100%, (e). penerapan teknologi pakan memberikan dampak positif bagi produksi ternak : meningkatkan berat badan harian anak jantan 0,27 kg; jantan muds 0,36 kg, jantan dewasa 0,38 kg; betina mucla 0,19 kg; induk 0,18 kg; induk bunting 0,22 kg dan induk menyusui 0,02 kg serta reproduksi ternak : meningkatkan kesuburan